Perih ku dendangkan,
"wajar bila saat ini, aku iri pada kalian"
aku iri padamu, padamu, padamu,
pada kalian semua itu .
Ku lihat sikecil didepanku,
mungkin kelas 3 SD,
berkisaran itu
"hey, aku iri padamu"
Ku lihat sebayaku,
bersama-sama denganku,
"Hey, aku iri padamu"
ku lihat keponakanku,
ia masih TK saat itu,
"akupun iri padamu"
ku lihat saudaraku,
lebih tua dariku,
"dan akupun iri padamu"
aku iri padamu, padamu, padamu,
pada kalian semua itu . .
Saat kau akan melakukan sesuatu,
kau dengan mudah mengecup tangannya,
kau dengan mudah menatap matanya,
dan kau dengan mudah berkata,
"ayah, do'akan aku, aku mohon restumu"
aku iri padamu, padamu, padamu,
pada kalian semua itu . .
Sedang aku,
berlutut dipusaranya,
mencabut rerumput ditanahnya,
menabur bunga di sepenuhnya,
bertumpuh pada nisan dikakinya,
dan berkata,
"bapak, do'akan anak yang tak pernah berbakti padamu,
anak yang tak bisa menenangkan tidurmu,
anak yang terus menyusahkanmu,
bapak, do'akan aku"
ah,
aku iri pada kalian
sedewasa ini,
aku tetap iri pada kalian
kata ibu,
"biarlah,
kau harusnya lebih tenang,
bapak mu bahkan tak sedikitpun jauh darimu,
saat bapak teman-temanmu jauh dari mereka,
bapakmu selalu ada disampingmu"
maaf, ibu,
aku tetap tak menggubrismu,
rasa itu abadi, bu,
aku iri pada mereka semua bu . .
(11/06/11)
dengan cinta, untukmu . .
Tampilkan postingan dengan label Cerita Senja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Senja. Tampilkan semua postingan
Terkaan Anak Kecil
"Di, aku jatuh cinta ?"
ah, kau, bosan aku mendengarnya,
bagaimana bisa kau mudah berkata cinta,
jika semenit saja,
kau bisa mencintainya,
lalu sekejap melupakannya,
Bahkan dengan mudah mengulang-ulangnya,
Ah, itu bukan cinta !
"lalu apa yang kau maksud cinta itu, Di ?
Apa rasa yang kau jaga bertahun-tahun dengan kekasihmu itu ?
Lalu kau terlepas dari tali setiamu ?
Dan kau ratapi dengan pilu ?
Kau hanyut dengan masa lalu mu,
dan lupa akan cita mu,
harap mu,
masa depanmu ?
Itu kah cinta bagimu ?
Cinta yang membuatmu terisolasi dari sekitarmu,
dan hanya memikirkan masa lalu mu itu ?
Ah, kalo itu cinta,
sekalipun mendapatkan imbalan surga,
aku takkan mau jatuh cinta !"
hhh,
aku pun tak memahami cinta !
Memang cinta itu butuh penjagaan,
bukan berarti penantian yang menyesakkan !
Memang cinta itu butuh ketulusan,
bukan berarti tulus dalam peratapan !
Cinta itu memang putih,
bukan berarti membuat mu tertatih !
Cinta itu pengabdian,
bukan berarti pengabdian pada kepedihan,
atas kepergian yang tak sesuai harapan !
Ah, aku anak kecil,
tau apa tentang cinta,
hanya menerka dengan kata,
itu yang aku bisa !
-dengan sepenuh jiwa,
ku mengartikannya,
untuk mu yang membutuhkannya
(27/03/2011)
ah, kau, bosan aku mendengarnya,
bagaimana bisa kau mudah berkata cinta,
jika semenit saja,
kau bisa mencintainya,
lalu sekejap melupakannya,
Bahkan dengan mudah mengulang-ulangnya,
Ah, itu bukan cinta !
"lalu apa yang kau maksud cinta itu, Di ?
Apa rasa yang kau jaga bertahun-tahun dengan kekasihmu itu ?
Lalu kau terlepas dari tali setiamu ?
Dan kau ratapi dengan pilu ?
Kau hanyut dengan masa lalu mu,
dan lupa akan cita mu,
harap mu,
masa depanmu ?
Itu kah cinta bagimu ?
Cinta yang membuatmu terisolasi dari sekitarmu,
dan hanya memikirkan masa lalu mu itu ?
Ah, kalo itu cinta,
sekalipun mendapatkan imbalan surga,
aku takkan mau jatuh cinta !"
hhh,
aku pun tak memahami cinta !
Memang cinta itu butuh penjagaan,
bukan berarti penantian yang menyesakkan !
Memang cinta itu butuh ketulusan,
bukan berarti tulus dalam peratapan !
Cinta itu memang putih,
bukan berarti membuat mu tertatih !
Cinta itu pengabdian,
bukan berarti pengabdian pada kepedihan,
atas kepergian yang tak sesuai harapan !
Ah, aku anak kecil,
tau apa tentang cinta,
hanya menerka dengan kata,
itu yang aku bisa !
-dengan sepenuh jiwa,
ku mengartikannya,
untuk mu yang membutuhkannya
(27/03/2011)
Suara Riang
Kau berdendang dengan riang,
acuhkan terik maupun petang,
kau tegakkan badan, kuatkan pijakan,
memikul beban, demi masa depan,
ah, masa depan, yang kau sendiri tak pernah tetapkan
ku lihat penghitung waktu,
angka 50-an masih terjaga tak berlalu,
hati bergemuruh menata kata per kata dalam bisu,
agar tak membuatmu jatuh .
"petang begini, kau masih disini,
apa esok kau tak sekolah ?" kataku hati-hati
ia tak lagi bernyanyi
pun ecekan yang ikut sunyi
ia menatapku, entah apa tatapan itu berarti,
"aku tak sekolah, kak", katanya datar
sedatar sekolah dasar yang luput terkejar
"orang tua mu dimana, dek ?" tanyaku pelan
agar tak salah penafsiran
"di rumah . . "
"kau tinggal dekat sini ?"
"yah, ikuti jalan itu, disitu rumahku"
mataku tertuju,
pada arah tangan yang menunjuk ke arah kiri ku
stopper jalan, tak berkawan,
mengejar angka hingga 20-an,
ku rogoh apa yang ku punya,
tak dengan cuma-cuma,
melainkan arti hidup yang tak pernah ku punya
"terima kasih, kak" katanya sumringah,
dan berlalu, menuju pengguna jalan lain yang hanya empat lima .
Hijau membuatku berlalu,
membelah jalan dengan pilu,
sekecil itu . .
Ah, air mata meluluh . .
Sekecil itu, aku sudah asyik bersepeda ria,
bermain apapun yang ku suka,
tak sibukkan recehan,
hingga sekarang,
serba ada, tanpa jerih payah . .
Adik ku sayang,
pantaskah aku berkata, "sabarlah ?"
sedang aku tak pernah rasa apa yang kau rasa ?
Adikku sayang,
jalan mu panjang,
semoga rintang yang kau terjang,
mengantarmu pada kebahagiaan . .
(06/04/2011)
teruntuk suara riang,
diperempatan jalan !
Yang kan slalu ku rindukan !
acuhkan terik maupun petang,
kau tegakkan badan, kuatkan pijakan,
memikul beban, demi masa depan,
ah, masa depan, yang kau sendiri tak pernah tetapkan
ku lihat penghitung waktu,
angka 50-an masih terjaga tak berlalu,
hati bergemuruh menata kata per kata dalam bisu,
agar tak membuatmu jatuh .
"petang begini, kau masih disini,
apa esok kau tak sekolah ?" kataku hati-hati
ia tak lagi bernyanyi
pun ecekan yang ikut sunyi
ia menatapku, entah apa tatapan itu berarti,
"aku tak sekolah, kak", katanya datar
sedatar sekolah dasar yang luput terkejar
"orang tua mu dimana, dek ?" tanyaku pelan
agar tak salah penafsiran
"di rumah . . "
"kau tinggal dekat sini ?"
"yah, ikuti jalan itu, disitu rumahku"
mataku tertuju,
pada arah tangan yang menunjuk ke arah kiri ku
stopper jalan, tak berkawan,
mengejar angka hingga 20-an,
ku rogoh apa yang ku punya,
tak dengan cuma-cuma,
melainkan arti hidup yang tak pernah ku punya
"terima kasih, kak" katanya sumringah,
dan berlalu, menuju pengguna jalan lain yang hanya empat lima .
Hijau membuatku berlalu,
membelah jalan dengan pilu,
sekecil itu . .
Ah, air mata meluluh . .
Sekecil itu, aku sudah asyik bersepeda ria,
bermain apapun yang ku suka,
tak sibukkan recehan,
hingga sekarang,
serba ada, tanpa jerih payah . .
Adik ku sayang,
pantaskah aku berkata, "sabarlah ?"
sedang aku tak pernah rasa apa yang kau rasa ?
Adikku sayang,
jalan mu panjang,
semoga rintang yang kau terjang,
mengantarmu pada kebahagiaan . .
(06/04/2011)
teruntuk suara riang,
diperempatan jalan !
Yang kan slalu ku rindukan !
Selasa, 14 Januari 2014
Tentang Bang Mat
Bang Mat?
Siapa memang Bang Mat?
Pacar? Saudara? Teman atau siapa?
Yah, mungkin sebagian dari pembaca belum mengenal Bang Mat. Kenalkan, Bang Mat adalah nama dari motor matic kesayangan ku, dulu. Dulu? Yah, kini yang ada hanyalah kenangannya sebab keberadaan fisiknya telah menghilang. Hilang bersama para ‘maling’ yang kehilangan tanggung jawabnya.
Aku tidak akan menceritakan kronologis kehilangannya, melainkan sebuah cerita yang aku tulis sebelum hilang nya Bang Mat. Yah, semacam firasat tersendiri sebelum kepergian Bang Mat. Terima Kasih bang Mat, atas kehadiran Bang Mat yang menemani ku kurang lebih tiga tahun ini dan teruntuk Bang Mat, dengan tulus ku persembahkan untuk mu.
Belajar tidak harus dengan duduk di bangku kuliah
Belajar juga tidak harus dengan menghafal semua kata dalam materi kuliah
Tapi belajar bisa dengan cara yang sederhana
Dengan membuka mata untuk lingkungan sekitar kita
Dan itulah cara belajar yang sempurna.
Jalan Raya.
Ya ya ya. Buat ku, menyusuri jalan raya memang tidak jauh berbeda dengan hidup. Dari jalan raya, aku banyak belajar. Belajar untuk hidup yang sesungguhnya. Aku memang lebih suka menghabiskan waktu dijalanan, setelah kebiasaan ku menghabiskan waktu di ranjang tentunya. Haha. That’s real. Dari senang, sedih, sampai hampir mati, kesemuanya pernah aku alami di jalan raya. Sekali lagi, jalan raya tak ubahnya simbolisasi dari kehidupan kita yang kompleks, berarah maupun tak berarah.
Let’s we go.
Pernah lihat pengendara motor yang asal jalan meskipun lampu merah masih nyala? Mungkin sering kita mengalaminya atau mungkin juga kita yang jadi pelakunya. Hei, tidak perlu naif. Aku juga sama. Tidak jarang aku jadi pelakunya. Tapi saat aku menaati rambu lalu lintas itu, hati kecil ku berkata “bagus dee, kamu boleh bangga. Dengan begitu kamu memberi tanda bahwa dari sekian banyak orang yang melanggar peraturan setidaknya masih ada satu orang yang menaati peraturan”. Implikasinya, dari sekian banyak orang jahat di kehidupan kita ini, pasti setidaknya masih ada satu orang yang baik. Maka carilah sosok itu dan tetapkan dalam hidup kita. Maka satu sosok itu akan selalu ada dan sosok itu tidak lain adalah diri kita sendiri.
“elo itu beneran cewek tangguh, dee”
I got it.
Alasan mereka berkata demikian sih sederhana, salah satunya yang sering aku dengar karena aku kuat menempuh perjalanan jauh dengan mengendarai motor seorang diri. Bahkan tidak jarang, minggu pagi berangkat ke Malang, senin pagi balik lagi ke Gresik. Yah aku memang seorang gadis kecil yang terlahir di Kota Pudak ini dan sedang menempuh kuliah di Kota Bunga. Ah, tidak terlalu penting tentang ku, lebih penting kisah yang aku temui di jalan raya yang bagi ku bermakna dan mungkin ada manfaatnya.
Back to the point.
Ketangguhan itu awalnya tidak terlalu aku sadari, karna bagi ku itu biasa saja. Tapi lama kelamaan aku mulai menyadari, secara fisik mungkin aku sedikit di atas rata-rata ketangguhan cewek yang lain. Bagiku simple, karna sepertinya aku sudah menyerahkan seluruh kata lelah ku untuk jalan raya. Sering aku dengar pertanyaan kayak gini, “emang lo nggak capek apa?”, dan jawaban yang sama yang selalu ku utarakan “gua uda lupa ama yang namanya capek”.
Yah, lelah itu seperti sudah tidak ada meskipun baru saja selesai menempuh perjalanan jarak jauh. Mungkin karna sering kali aku nikmati perjalanan ku dengan membingkai secercah demi secercah kisah yang berwarna, seabu-abu maupun sehitam pekat uap kendaraan bermotor. Haha. Yah, memang benar. Jalanan terkadang banyak menyiratkan kisah-kisah yang kelam. Like this one. Setiap kota, ada cara masing-masing untuk bermain di arena yang dinamakan jalan raya. Salah satu kota yang aku lewati merupakan kota yang menurutku paling tidak terdisiplin juga kota tak kenal bermotor dengan kecepatan rendah dan memang aku terbawa dengan kebiasaan kota ini. Setiap aku berkendara di kota ini aku selalu ugal-ugalan karna sekeliling ku ugal-ugalan dan kalau tidak ugal-ugal justru peringatan dari klakson banyak sekali aku terima. It happened. “kalo kanan kiri gua ugal-ugalan, gua juga harus ugal-ugalan, kalo nggak malah gua yang diinjak-injak”. Haha. Kalau dipikir-pikir, tidak jauh berbeda dengan budaya hidup ini, contoh yang lagi menjamur, “kalo semua pada nyontek waktu ujian, napa gua nggak? Nilai gua bisa-bisa paling ancur dong”, itu tingkat mahasiswa, kalau tingkat pejabat pemerintah, “kalo semua pada korupsi, napa gua susah-susah bersih, rugi dong”. And this is a reality. Tapi apapun tindakan yang kita ambil, dijalanan masih ada rambu-rambu lalu lintas dan dalam hidup, kita juga masih punya hal yang sama, hukum dan pedoman agama. Back to your choice!
“hati-hati di jalan. Jangan lupa do’a”- kata ibu.
Pesan yang sering kali terabaikan. Sekali dua kali dilakukan, tiga kali empat kali terlupakan saat kita tak mendengarnya langsung dari beliau. Hal ajaib yang pernah ku alami tentang do’a, ketika ditengah masalah yang sangat membuatku frustasi dan tidak tahu harus bagaimana, aku lampiaskan dengan mengendarai motor, kemudian dalam hati aku berkata “Tuhan, berikan hamba bantuan, sedikit saja” dan setelahnya pertolongan-pertolongan Tuhan dalam bentuk apapun mulai muncul meringankan masalah ku. Sejak itu, bagi ku tidak karena bersujud lama, menangis sejadinya, ataupun berdiam diri ditempat yang sepi, do’a kita terkabulkan, tapi cukup dengan niat yang tulus untuk meminta.
17 Juni 2013
Tanggal yang mungkin menjadi tanggal yang memiliki warna yang berbeda. Siang itu aku pulang ke Gresik karna ada acara. Sampai di kota ketiga dari malang macet luar biasa. Tapi aku memang sudah agak ahli nyerobot kanan kiri, mencari setiap celah untuk terbebas dari macet. Yah dari macet, kita bisa belajar banyak, bisa jadi sabar, tapi yang lebih besar dari itu adalah bagaimana cara kita mengamati setiap peluang yang ada untuk bisa terbebas dari kemacetan. Sama hal nya dengan hidup, kalo pingin sukses, tapi kalau ada peluang untuk sukses tidak raih, lalu apa bisa jadi sukses?
Back to the story.
Sudah jera berkutat dengan macet di kota itu sesampainya di kota terakhir untuk bisa sampai kekota ku, justru dihadapkan dengan macet yang lebih luar biasa. Dari kejauhan, lalu lintas sudah tidak lagi beraturan. Mobil-mobil, truk-truk, dan kontainer-kontainer seolah mengambil barisan rapi untuk diparkirkan. “ini jalan utama whoy, bukan parkiran”. Yah, macet yang luar biasa gila, hanya motor-motor yang bisa bergerak pelan di depan warung para PKL. Aku mencoba percaya seperti sebelumnya bahwa pasti ada celah dan selain itu hanya ini satu-satunya jalan yang aku tahu untuk bisa sampai di rumah. Hal itu menjadi semangat kecil ditengah penat dan jenuh yang melanda. Awalnya celah itu ada, namun lama-kelamaan semua menjadi stagnant. Maju tidak bisa, mundurpun apalagi.
Yah, dua tahun lebih bolak balik melalui kota ini aku cuma mengerti tiga alur jalan, satu alur jalan menuju malang dan dua alur jalan menuju gresik. Dua alur jalan menuju Gresik ini bermuara pada jalan raya yang sama dan di muara jalan raya itu lah aku terhenti , terjebak macet yang parah. Setengah jam lebih aku bertahan dengan kesal, tapi aku tak mau terus menuggu berjam-jam lagi dan tak sampai-sampai ke rumah. Akhirnya aku putuskan untuk memutar arah. Dengan tekat bulat aku memberanikan diri menyusur alur jalan yang menuju ke malang dengan fokus sebaliknya, dari malang ke gresik. Sekali, dua kali salah jalan tidak masalah, aku tetap optimis. Tapi, setelah bertemu dengan jalan persimpangan muncullah keraguan itu. Jika aku teruskan aku tidak tau jalan ini sama sekali dan akan bermuara kemana jalan ini, tapi jika aku kembali ke jalur awal aku bisa jadi tidak akan sampai kerumah dengan cepat.
Show must go on. Aku lanjutkan perjalanan ku dengan berpatok pada rambu jalan. Awalnya mudah, tapi semakin lama aku merasa seolah terjebak dengan kemetropolisan kota ini dan tak tau arah pulang. “hey, Tuhan ngasih lo mulut buat apa kalo lo ga mau nanya?”, kata-kata itu kemudian muncul dan akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya. Jawaban yang tidak aku harapkan, kalau diteruskan kata cewek yang aku tanyai tadi agak jauh kalo dari arah ku sekarang ini. Aku tidak punya pilihan, selain mencoba. Aku ikuti petunjuknya, semakin lama, jalanan semakin gelap dan sepi, ditambah lampu utama motor ku ikut mati. That was the moment that I’ll never forgot as long as my life. Sendiri. Seorang diri. Menyelamatkan diri sendiri. “Tuhan, mungkin ini rasanya kalau nanti Engkau pertemukan aku dengan Hari Perhitungan Amal ku, hanya aku sendiri yang bisa menolong diriku sendiri, dengan amal yang aku lakukan semasa hidupku”.
Keluar dari jalanan itu, aku berada di jalan yang serasa sudah tidak asing lagi. Ya alur jalan yang tepisahkan oleh persimpangan tadi. Namun masih ada ragu. Ku beranikan bertanya untuk kedua kalinya kepada seorang bapak pengendara motor. Pertanyaan ku dijawab dengan bijaksana, seolah memberi kekuatan tersendiri untuk ku agar tidak menyerah. Setelah mengikuti petunjuk arah yang bapak tadi berikan, akhirnya jalan pulang terbuka lebar. “Tuhan terima kasih untu cewek dan bapak itu. Berikan kepada mereka kebaikan-kebaikan- Mu selalu”.
“aku akan selalu berusaha melakukan kebaikan selama aku bisa”
Mungkin bantuan petunjuk jalan itu terlihat sederhana, akan tetapi menjadi sangat berharga untuk orang yang sangat membutuhkannya. Orang-orang baik disekitar kita tidak akan muncul jika kita tidak melakukan kebaikan juga untuk orang lain. Life cycle.
Malam itu, aku menjadi mengerti. Hidup kita memang akan selalu ditempatkan pada pilihan-pilihan. Pilihan untuk jalan yang kita tahu benar resikonya akan tetapi tak memiliki imbas berarti atau pilihan untuk jalan yang kita tidak tahu resiko apa yang akan kita hadapi tapi justru akan memberi kita warna dan makna yang berbeda dalam setiap langkah yang kita ambil. Yakinlah, tidak ada keputusan yang salah, kalau ada hasil yang salah dari keputusan yang kita ambil, itu bukan karena keputusan kita yang salah, tapi kesalahan kita untuk tidak sepenuh hati menjalankan keputusan yang sudah kita ambil.
“mbak mbak, move on, move on”
Yah, sering kali mulut lelaki iseng berkata demikian. Maklum, dimotor ku ada stiker bertuliskan move on. Haha. Mungkin kita sering dengar, “hidup itu jangan kayak spion, ngeliatnya kebelakang mulu”. Yes, that’s right.
Setiap Pribadi memiliki hak untuk meraih masa depan yang lebih baik. So, just do the best and God the rest.
#Big hug to my matic, Bang Mat. Terima kasih untuk selalu setia menyusuri jalanan bersama ku.
DEE
Surabaya, 18 Juni 2013- 10:48
Siapa memang Bang Mat?
Pacar? Saudara? Teman atau siapa?
Yah, mungkin sebagian dari pembaca belum mengenal Bang Mat. Kenalkan, Bang Mat adalah nama dari motor matic kesayangan ku, dulu. Dulu? Yah, kini yang ada hanyalah kenangannya sebab keberadaan fisiknya telah menghilang. Hilang bersama para ‘maling’ yang kehilangan tanggung jawabnya.
Aku tidak akan menceritakan kronologis kehilangannya, melainkan sebuah cerita yang aku tulis sebelum hilang nya Bang Mat. Yah, semacam firasat tersendiri sebelum kepergian Bang Mat. Terima Kasih bang Mat, atas kehadiran Bang Mat yang menemani ku kurang lebih tiga tahun ini dan teruntuk Bang Mat, dengan tulus ku persembahkan untuk mu.
Belajar tidak harus dengan duduk di bangku kuliah
Belajar juga tidak harus dengan menghafal semua kata dalam materi kuliah
Tapi belajar bisa dengan cara yang sederhana
Dengan membuka mata untuk lingkungan sekitar kita
Dan itulah cara belajar yang sempurna.
Jalan Raya.
Ya ya ya. Buat ku, menyusuri jalan raya memang tidak jauh berbeda dengan hidup. Dari jalan raya, aku banyak belajar. Belajar untuk hidup yang sesungguhnya. Aku memang lebih suka menghabiskan waktu dijalanan, setelah kebiasaan ku menghabiskan waktu di ranjang tentunya. Haha. That’s real. Dari senang, sedih, sampai hampir mati, kesemuanya pernah aku alami di jalan raya. Sekali lagi, jalan raya tak ubahnya simbolisasi dari kehidupan kita yang kompleks, berarah maupun tak berarah.
Let’s we go.
Pernah lihat pengendara motor yang asal jalan meskipun lampu merah masih nyala? Mungkin sering kita mengalaminya atau mungkin juga kita yang jadi pelakunya. Hei, tidak perlu naif. Aku juga sama. Tidak jarang aku jadi pelakunya. Tapi saat aku menaati rambu lalu lintas itu, hati kecil ku berkata “bagus dee, kamu boleh bangga. Dengan begitu kamu memberi tanda bahwa dari sekian banyak orang yang melanggar peraturan setidaknya masih ada satu orang yang menaati peraturan”. Implikasinya, dari sekian banyak orang jahat di kehidupan kita ini, pasti setidaknya masih ada satu orang yang baik. Maka carilah sosok itu dan tetapkan dalam hidup kita. Maka satu sosok itu akan selalu ada dan sosok itu tidak lain adalah diri kita sendiri.
“elo itu beneran cewek tangguh, dee”
I got it.
Alasan mereka berkata demikian sih sederhana, salah satunya yang sering aku dengar karena aku kuat menempuh perjalanan jauh dengan mengendarai motor seorang diri. Bahkan tidak jarang, minggu pagi berangkat ke Malang, senin pagi balik lagi ke Gresik. Yah aku memang seorang gadis kecil yang terlahir di Kota Pudak ini dan sedang menempuh kuliah di Kota Bunga. Ah, tidak terlalu penting tentang ku, lebih penting kisah yang aku temui di jalan raya yang bagi ku bermakna dan mungkin ada manfaatnya.
Back to the point.
Ketangguhan itu awalnya tidak terlalu aku sadari, karna bagi ku itu biasa saja. Tapi lama kelamaan aku mulai menyadari, secara fisik mungkin aku sedikit di atas rata-rata ketangguhan cewek yang lain. Bagiku simple, karna sepertinya aku sudah menyerahkan seluruh kata lelah ku untuk jalan raya. Sering aku dengar pertanyaan kayak gini, “emang lo nggak capek apa?”, dan jawaban yang sama yang selalu ku utarakan “gua uda lupa ama yang namanya capek”.
Yah, lelah itu seperti sudah tidak ada meskipun baru saja selesai menempuh perjalanan jarak jauh. Mungkin karna sering kali aku nikmati perjalanan ku dengan membingkai secercah demi secercah kisah yang berwarna, seabu-abu maupun sehitam pekat uap kendaraan bermotor. Haha. Yah, memang benar. Jalanan terkadang banyak menyiratkan kisah-kisah yang kelam. Like this one. Setiap kota, ada cara masing-masing untuk bermain di arena yang dinamakan jalan raya. Salah satu kota yang aku lewati merupakan kota yang menurutku paling tidak terdisiplin juga kota tak kenal bermotor dengan kecepatan rendah dan memang aku terbawa dengan kebiasaan kota ini. Setiap aku berkendara di kota ini aku selalu ugal-ugalan karna sekeliling ku ugal-ugalan dan kalau tidak ugal-ugal justru peringatan dari klakson banyak sekali aku terima. It happened. “kalo kanan kiri gua ugal-ugalan, gua juga harus ugal-ugalan, kalo nggak malah gua yang diinjak-injak”. Haha. Kalau dipikir-pikir, tidak jauh berbeda dengan budaya hidup ini, contoh yang lagi menjamur, “kalo semua pada nyontek waktu ujian, napa gua nggak? Nilai gua bisa-bisa paling ancur dong”, itu tingkat mahasiswa, kalau tingkat pejabat pemerintah, “kalo semua pada korupsi, napa gua susah-susah bersih, rugi dong”. And this is a reality. Tapi apapun tindakan yang kita ambil, dijalanan masih ada rambu-rambu lalu lintas dan dalam hidup, kita juga masih punya hal yang sama, hukum dan pedoman agama. Back to your choice!
“hati-hati di jalan. Jangan lupa do’a”- kata ibu.
Pesan yang sering kali terabaikan. Sekali dua kali dilakukan, tiga kali empat kali terlupakan saat kita tak mendengarnya langsung dari beliau. Hal ajaib yang pernah ku alami tentang do’a, ketika ditengah masalah yang sangat membuatku frustasi dan tidak tahu harus bagaimana, aku lampiaskan dengan mengendarai motor, kemudian dalam hati aku berkata “Tuhan, berikan hamba bantuan, sedikit saja” dan setelahnya pertolongan-pertolongan Tuhan dalam bentuk apapun mulai muncul meringankan masalah ku. Sejak itu, bagi ku tidak karena bersujud lama, menangis sejadinya, ataupun berdiam diri ditempat yang sepi, do’a kita terkabulkan, tapi cukup dengan niat yang tulus untuk meminta.
17 Juni 2013
Tanggal yang mungkin menjadi tanggal yang memiliki warna yang berbeda. Siang itu aku pulang ke Gresik karna ada acara. Sampai di kota ketiga dari malang macet luar biasa. Tapi aku memang sudah agak ahli nyerobot kanan kiri, mencari setiap celah untuk terbebas dari macet. Yah dari macet, kita bisa belajar banyak, bisa jadi sabar, tapi yang lebih besar dari itu adalah bagaimana cara kita mengamati setiap peluang yang ada untuk bisa terbebas dari kemacetan. Sama hal nya dengan hidup, kalo pingin sukses, tapi kalau ada peluang untuk sukses tidak raih, lalu apa bisa jadi sukses?
Back to the story.
Sudah jera berkutat dengan macet di kota itu sesampainya di kota terakhir untuk bisa sampai kekota ku, justru dihadapkan dengan macet yang lebih luar biasa. Dari kejauhan, lalu lintas sudah tidak lagi beraturan. Mobil-mobil, truk-truk, dan kontainer-kontainer seolah mengambil barisan rapi untuk diparkirkan. “ini jalan utama whoy, bukan parkiran”. Yah, macet yang luar biasa gila, hanya motor-motor yang bisa bergerak pelan di depan warung para PKL. Aku mencoba percaya seperti sebelumnya bahwa pasti ada celah dan selain itu hanya ini satu-satunya jalan yang aku tahu untuk bisa sampai di rumah. Hal itu menjadi semangat kecil ditengah penat dan jenuh yang melanda. Awalnya celah itu ada, namun lama-kelamaan semua menjadi stagnant. Maju tidak bisa, mundurpun apalagi.
Yah, dua tahun lebih bolak balik melalui kota ini aku cuma mengerti tiga alur jalan, satu alur jalan menuju malang dan dua alur jalan menuju gresik. Dua alur jalan menuju Gresik ini bermuara pada jalan raya yang sama dan di muara jalan raya itu lah aku terhenti , terjebak macet yang parah. Setengah jam lebih aku bertahan dengan kesal, tapi aku tak mau terus menuggu berjam-jam lagi dan tak sampai-sampai ke rumah. Akhirnya aku putuskan untuk memutar arah. Dengan tekat bulat aku memberanikan diri menyusur alur jalan yang menuju ke malang dengan fokus sebaliknya, dari malang ke gresik. Sekali, dua kali salah jalan tidak masalah, aku tetap optimis. Tapi, setelah bertemu dengan jalan persimpangan muncullah keraguan itu. Jika aku teruskan aku tidak tau jalan ini sama sekali dan akan bermuara kemana jalan ini, tapi jika aku kembali ke jalur awal aku bisa jadi tidak akan sampai kerumah dengan cepat.
Show must go on. Aku lanjutkan perjalanan ku dengan berpatok pada rambu jalan. Awalnya mudah, tapi semakin lama aku merasa seolah terjebak dengan kemetropolisan kota ini dan tak tau arah pulang. “hey, Tuhan ngasih lo mulut buat apa kalo lo ga mau nanya?”, kata-kata itu kemudian muncul dan akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya. Jawaban yang tidak aku harapkan, kalau diteruskan kata cewek yang aku tanyai tadi agak jauh kalo dari arah ku sekarang ini. Aku tidak punya pilihan, selain mencoba. Aku ikuti petunjuknya, semakin lama, jalanan semakin gelap dan sepi, ditambah lampu utama motor ku ikut mati. That was the moment that I’ll never forgot as long as my life. Sendiri. Seorang diri. Menyelamatkan diri sendiri. “Tuhan, mungkin ini rasanya kalau nanti Engkau pertemukan aku dengan Hari Perhitungan Amal ku, hanya aku sendiri yang bisa menolong diriku sendiri, dengan amal yang aku lakukan semasa hidupku”.
Keluar dari jalanan itu, aku berada di jalan yang serasa sudah tidak asing lagi. Ya alur jalan yang tepisahkan oleh persimpangan tadi. Namun masih ada ragu. Ku beranikan bertanya untuk kedua kalinya kepada seorang bapak pengendara motor. Pertanyaan ku dijawab dengan bijaksana, seolah memberi kekuatan tersendiri untuk ku agar tidak menyerah. Setelah mengikuti petunjuk arah yang bapak tadi berikan, akhirnya jalan pulang terbuka lebar. “Tuhan terima kasih untu cewek dan bapak itu. Berikan kepada mereka kebaikan-kebaikan- Mu selalu”.
“aku akan selalu berusaha melakukan kebaikan selama aku bisa”
Mungkin bantuan petunjuk jalan itu terlihat sederhana, akan tetapi menjadi sangat berharga untuk orang yang sangat membutuhkannya. Orang-orang baik disekitar kita tidak akan muncul jika kita tidak melakukan kebaikan juga untuk orang lain. Life cycle.
Malam itu, aku menjadi mengerti. Hidup kita memang akan selalu ditempatkan pada pilihan-pilihan. Pilihan untuk jalan yang kita tahu benar resikonya akan tetapi tak memiliki imbas berarti atau pilihan untuk jalan yang kita tidak tahu resiko apa yang akan kita hadapi tapi justru akan memberi kita warna dan makna yang berbeda dalam setiap langkah yang kita ambil. Yakinlah, tidak ada keputusan yang salah, kalau ada hasil yang salah dari keputusan yang kita ambil, itu bukan karena keputusan kita yang salah, tapi kesalahan kita untuk tidak sepenuh hati menjalankan keputusan yang sudah kita ambil.
“mbak mbak, move on, move on”
Yah, sering kali mulut lelaki iseng berkata demikian. Maklum, dimotor ku ada stiker bertuliskan move on. Haha. Mungkin kita sering dengar, “hidup itu jangan kayak spion, ngeliatnya kebelakang mulu”. Yes, that’s right.
Setiap Pribadi memiliki hak untuk meraih masa depan yang lebih baik. So, just do the best and God the rest.
#Big hug to my matic, Bang Mat. Terima kasih untuk selalu setia menyusuri jalanan bersama ku.
DEE
Surabaya, 18 Juni 2013- 10:48